LPKSMCelebes - Tingkat kesadaran
masyarakat mengenai pentingnya air minum bersih untuk kesehatan masih rendah.
Ini membuat pembangunan Indonesia kalah dengan negara lain di Asia Tenggara.
"Air minum kita paling rendah dibanding
Timor Leste," ujar Deputi bidang Sarana dan Prasarana Kementerian Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional, Dedi Priatna, saat acara 'Konferensi Sanitasi
dan Air Minum Nasional' di Balai Kartini, Jakarta, Selasa (29/10).
Sebagai upaya untuk meningkatkan pembangunan air
minum, Indonesia saat ini tengah menginisiasi Rencana Pengamanan Air Minum
(RPAM) yaitu pengelolaan air minum berbasis resiko. Ini untuk menjamin
terpenuhinya 4K (kualitas, kuantitas, kontinuitas dan keterjangkauan) dalam
pelayanan air minum.
"Sudah selaiknya seluruh pihak berupaya
melihat kembali di mana capaian Indonesia saat ini agar apa yang telah menjadi
target dan sasaran pembangunan dapat tercapai, terhadap pembangunan
internasional maupun agenda pembangunan nasional," ungkap dia.
Masalah lainnya, ungkap Dedi, ialah sistem
pengelolaan limbah terpusat atau sewerage yang masih sangat jauh dari harapan.
Di seluruh Indonesia, capaian sewerage masih sekitar 1 persen.
"Itu paling rendah di Asia Tenggara, bahkan
mungkin di dunia," jelasnya.
Sementara itu Kondisi
air minum dan sanitasi yang buruk membuat Indonesia mengalami kerugian ekonomi
mencapai Rp 56 triliun tiap tahunnya. Buruknya kondisi ini juga membuat
pembangunan Indonesia tertinggal jauh dengan Vietnam dan Myanmar.
Menteri
Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono menyadari, bahkan setelah 68 tahun
Indonesia merdeka, masyarakatnya belum terpenuhi hak untuk mendapatkan air
minum dan sanitasi yang laik.
"Dampak
langsung dari buruknya sanitasi dan air minum adalah keadaan kesehatan
masyarakat. Ada sebanyak 1,4 juta anak menderita diare setiap tahunnya,"
ujarnya saat acara 'Pembukaan Konferensi Sanitasi dan Air Minum Nasional' di
Gedung Balai Kartini, Jakarta, Selasa (29/10).
Kondisi
ini juga menimbulkan kerugian sebesar Rp 1,4 triliun di sektor pariwisata dan
sebesar Rp 29 triliun di sektor kesehatan. Untuk itu, pemerintah berupaya untuk
meningkatkan perencanaan pembangunan sanitasi dan air minum dari pembentukan
Pokja AMPL di 33 provinsi dan di lebih dari 340 kabupaten/kota.
"Hingga
saat ini tersusun SSK (Sanitasi Kabupaten/Kota) di 225 induk kabupaten/kota dan
sistem penyediaan air minum di 212 kabupaten/kota," ungkapnya.
Sumber : Merdeka.com
Posting Komentar